Cari Blog Ini

Rabu, 14 Maret 2012

sangiran

Sangiran, nama yang sering muncul di dalam buku sejarah sewaktu kita masih sekolah. Masih ingatkah? Jawaban saya = “samar-samar”. Jujur, mungkin malah lebih ingat film Jurrasic Park-nya Steven Spielberg yang menceritakan tentang binatang purba Dinosaurus? Jawaban saya “iya” hehehe… Kalau kamu?
Kali ini Puppy mau cerita lokasi wisata di Indonesia yang menyimpan peninggalan-peninggalan zaman purba, bukan dinosaurus tapi manusia purba! Apakah mereka mirip manusia sekarang ataukah mereka sebenarnya adalah monyet? Dan tahukah kamu kalau penghuni pertama Pulau Jawa sudah punah, sedangkan penghuni Pulau Jawa sekarang adalah keturunan pendatang dari China Selatan?
Sangiran Early Man Site, Terdaftar di UNESCO World Heritage Site
Pada tahun 1996, Sangiran telah diakui United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO), salah satu lembaga di bawah PBB, sebagai salah satu warisan dunia (World Heritage Site). Kita patut berbangga dan wajib merawatnya karena ini adalah potensi yang sangat penting tidak hanya bagi Sragen, tapi juga bagi Indonesia. Tak hanya sebagai tempat wisata pula, namun juga salah satu sumber ilmu pengetahuan.
Museum Sangiran
Di Sangiran terdapat museum untuk memajang fosil manusia purba, hewan purba, dan peninggalan-peninggalan purba lainnya sehingga kita tidak perlu lagi mengelilingi Sangiran yang luas untuk melihat warisan purba ini. Museum yang grand opening-nya baru 15 Desember 2011 ini sangat bersih, megah, modern, ber-AC, dan murah pula. Saya saja sampai kagum, kok bisa ada museum sebagus ini di daerah yang lokasinya 1 jam dari pusat kota (Solo). Teman saya sampai bilang, kualitas museum ini sama bagusnya dengan museum di luar negeri sana. Semoga tetap terawat sampai selamanya ya…
Cukup dengan mengeluarkan kocek Rp3.000 sebagai tiket masuk, kita sudah dapat menyaksikan museum yang dibangun dengan sangat profesional. Display disajikan secara modern, menarik, dan atraktif. Barang yang dipajang pun di sertai dengan keterangan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sehingga, selain menyaksikan fosil purba, wisatawan pun dapat belajar sejarah peninggalan purba tersebut.
Sangiran Museum
Gerbang Museum Sangiran
Awal Mula Kehidupan
Awal terbentuknya bumi dimulai dengan adanya ledakan sebuah bintang raksasa atau yang dikenal dengan Big Bang pada 12 milyar tahun silam. Serpihan-serpihan bintang tersebut membentuk benda-benda angkasa lainnya termasuk planet-planet dalam tata surya kita. Pada awal terbentuknya, bumi sangat panas. Seiring waktu berjalan, bumi mulai mendingin. Dulu, bumi hanya terdapat satu benua bernama Gondwana. Dalam perkembangannya, lapisan tanah Benua ini bergeser dan membentuk 5 atau 7 benua yang sekarang (hayo yang benar 5 atau 7 benua?).
Bumi sendiri telah mengalami perubahan geologis selama ratusan juta tahun. Sejarah perkembangan geologi bumi adalah sebagai berikut: Precambrian – Palaeozoic (Cambrian-Ordovician-Silurian-Devonian-Carboniferous-Permian) – Mesozoic (Triassic-Jurassic-Cretaceaous) – Cenozoic (Tertiary-Quarternary) – Bumi yang sekarang.
Evolusi geologi bumi ini diikuti pula oleh evolusi kehidupan, dari makhluk yang mempunyai sel tunggal menjadi makhluk-makhluk lain termasuk manusia. Awal mula kehidupan dimulai dengan adanya reaksi unsur-unsur kimia yang ada di bumi. Dengan ditambah dengan radiasi sinar matahari serta aliran listrik petir, reaksi dari unsur-unsur kimia ini membentuk organisme yang sangat sederhana. Bentuk kehidupan awal yang sangat sederhana ini antara lain ganggang hijau biru yang tidak membutuhkan oksigen. Walaupun tidak membutuhkan oksigen, ganggang hijau biru ini justru menghasilkan oksigen dalam jumlah yang besar. Kemudian oksigen tersebut berangsur-angsur mengisi atmosfir bumi, mencair, mengubah unsur kimia lain, dan membentuk lapisan ozone. Oksigen inilah yang pada akhirnya berperan besar dalam munculnya makhluk-makhluk lainnya di bumi.
Gunung Berapi Purba
Museum Sangiran dibangun di atas tanah purba berusia 1,8 juta tahun. Lapisan tanah ini terbentuk dari lahar purba hasil erupsi Gunung Lawu purba pula.
Pada awalnya, bentuk lapisan sedimen tanah adalah mendatar. Karena tenaga endogen dari dalam bumi dan tenaga eksogen dari endapan itu sendiri, lapisan sedimen ini terangkat dan membentuk kubah.  Kubah ini mengangkat banyak sekali fosil-fosil purba yang sebelumnya tersimpan di perut bumi. Dari sinilah terkuak kehidupan purba di sekitar kubah Sangiran.
Manusia dan Primata Purba
Manusia Purba
Aktivitas Manusia Purba
Evolusi manusia memang masih menjadi bahan diskusi, namun evolusi yang banyak diakui adalah seperti ini:Tersier -  Lemuria – Dryopithecus – Ramapithecus – Ardipithecus Ramidus – Australopithecus Robustus – Australopithecus Africanus - Homo Habilis – Homo Erectus – Neanderthals – Homo Sapiens
1. Ramapithecus
Ramapithecus adalah spesies primata paling purba dengan tinggi kurang dari 1 meter. Penemuan fosil gigi dan rahang menunjukkan bahwa spesies ini mempunyai bentuk hominid (famili dari genus manusia, simpanse, bonobo, dan gorilla). Doh… Selain belajar sejarah, kudu belajar taksonomi biologi juga nih. (Gambar)
3. Australopithecus Boisei dan Australopithecus Robustus
Dua spesies Australopithecus ini merupakan makhluk purba yang kekar. Sedangkan versi rampingnya adalahAustralopithecus Africanus. Yang satu suka nge-gym, yang satu lagi kebanyakan minum jamu galian singset kali ya hehehe… Ternyata perbedaan kekar-ramping ini akibat pola makan yang berbeda. Boisei danRobustus adalah vegetarian pemakan tumbuh-tumbuhan purba yang memerlukan sistem pencernaan yang kuat, sehingga berpengaruh pula terhadap badan mereka. (gambar)
3. Australopithecus Africanus
Berbeda dengan duo Australopithecus sebelumnya, spesies Africanus ini merupakan pemakan tumbuhan, buah, dan daging. Manusia purba ini adalah manusia pertama yang melakukan perburuan binatang besar. (Gambar)
4. Homo Habilis
Homo Habilis (gambar) adalah manusia purba pertama yang memiliki kebudayaan. Mereka mampu membuat peralatan sederhana dari batu di lembah Olduvai. Sehingga kebudayaan mereka pun disebut sebagai Oldowan. Kalau ingat peralatan dari batu jadi ingat kartun Flinstones ya hehehe…
5. Homo Erectus
Fosil Homo Erectus
Homo Erectus, missing link evolusi manusia
Homo Erectus merupakan manusia penjelajah utama di dunia. Spesies ini mampu menyebar di seluruh dunia dan mampu beradaptasi dengan baik di iklim Plestosen. Jangan salah sebut “homo ereksi” lho ya hehehe… *huss*
Di Indonesia, Homo Erectus ini mengalami 3 kali evolusi; Homo Erectus Archaic (hidup 1,5 juta tahun lampau),Homo Erectus Tipikal (hidup 0,9-0,3 juta tahun lampau), dan Homo Erectus Progresif (hidup 0,2-0,1 juta tahun lampau). Tipe Archaic mempunyai kapasitas otak 870cc dan fosilnya ditemukan di Sangiran dan Perning (Mojokerto). Tipe Tipikal mempunyai kapasitas otak 1000cc dan fosilnya ditemukan di Sangiran, Trinil (Ngawi), Kedungbrubus (Madiun), Patiayam (Kudus), dan Semedo (Tegal). Tipe progresif mempunyai kapasitas otak 1000cc dan fosilnya ditemukan di luar Sangiran, yaitu di Ngandong (Blora), Sambungmacan (Sragen), dan Selopura (Ngawi).
Megantropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Robustus, Pithecanthropus Soloensis yang dulu ada di buku sejarah kita, sekarang masuk ke dalam kategori Homo Erectus ini. Hanya Homo Erectus di Afrika yang mampu berevolusi menjadi Homo Sapiens, sedangkan Homo Erectus di Indonesia punah akibat tidak mampu menghadapi perubahan lingkungan.
Hingga saat ini, telah ditemukan 100 individu fosil spesies ini di Sangiran. Jumlah ini mewakili lebih dari setengah populasi Homo Erectus di Dunia. Membanggakan ya… (Gambar)
6. Cro Magnon
Cro-Magnon adalah manusia purba yang merupakan seniman pertama dengan hasil karya berupa lukisan di goa, pahatan, dan patung ukir. (Gambar)
7. Homo Sapiens
Spesies manusia ini ada sejak tahun 100.000 silam. Spesies ini adalah manusia modern zaman sekarang yang mempunyai perkembangan yang pesat, mempunyai kecerdasan tinggi, dan mampu menciptakan peradaban dan teknologi. (Gambar)
8. Homo Floresiensis
Dapat ditebak dari namanya, manusia purba yang sudah punah ini berasal dari Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Homo Floresiensis dikenal juga sebagai flo atau hobbit karena ukurannya yang kerdil. (Gambar)
Hewan Purba
Fosil Binatang Purba
Fosil Binatang Purba Sangiran
1.Binatang Laut Purba
Zaman sekarang, Sangiran terletak sangat jauh dari laut. Bahkan letaknya pun di tengah-tengah daratan Pulau Jawa. Namun, di Sangiran banyak ditemukan fosil-fosil hewan laut purba. Nah… Sangat janggal bukan? (Gambar)
2. Gajah Sangiran
Terdapat 3 jenis gajah di Sangiran, Mastodon, Stegodon, dan Elephas. Mastodon adalah gajah paling primitif di Sangiran dengan gading yang panjang dan tubuh yang lebih pendek. Kalau menyebut Mastodon, jadi inget band metal dari USA dengan nama yang sama ya.
Demikian pula halnya Stegodon, gading gajah purba ini pun juga sangaaat panjang sekali dengan bentuk yang melengkung. Hal ini nampak pada fosil gading yang dipajangkan di museum ini. Sedangkan Elephas adalah gajah modern dengan gading yang pendek. Bentuknya Elephas ini sama lah kayak gajah-gajah yang ada di kebun binatang. (gambar)
3. Buaya Sangiran
Buaya yang pernah hidup di Sangiran adalah buaya dari famili Gavialidae dan Crocodylidae. Contoh spesies buaya dari famili tersebut yang pernah mendiami Sangiran adalah Gavialis Bengawanensis.
4. Binatang  Bertanduk Purba
Binatang-binatang ini antara lain Banteng Purba (Bibos Paleosondaicus), Rusa Purba (Cervus Hippelaphus), dan Kerbau Purba (Bubalus Paleokarabau). Binatang-binatang bertanduk ini hidup antara tahun 700.000-300.000 tahun yang lalu. (Gambar)
5. Harimau Purba
Padang rumput sabana yang luas di Sangiran merupakan habitat bagi Harimau Purba (Panthera Tigris) zaman dulu kala. Bentuk hewan purba ini tak banyak perbedaan dengan harimau modern.
6. Badak Purba
Badak Purba (Rhinoceros Sondaicus) juga mendiami padang rumput Sangiran 700.000 tahun lampau. Dengan nama spesies yang sama, apakah badak ini juga satu jenis dengan badak bercula satu Ujung Kulon?
7. Babi Purba
Babi purba (Sus Sp.) ini mirip sekali dengan babi hutan. Mereka mempunyai taring yang mencuat ke atas sangat panjang.
8. Kudanil Purba
Kundanil purba (Hippopotamus sp. dan Hexaprotodon) ini hidup sekitar 1, 2 juta tahun yang lalu di Sangiran. Kok spesies binatang di Sangiran ini banyak yang mirip binatang di Afrika ya? (Gambar)
Peninggalan Purba
Peninggalan-peninggalan manusia purba di Sangiran antara lain berupa peralatan batu masif (besar) dan non masif (kecil). Peralatan besar digunakan untuk pekerjaan berat seperti memotong kayu/tulang, peralatan kecil digunakan untuk pekerjaan ringan seperti mengiris, menyayat, dan sebagainya.
Nama-nama peralatan ini antara lain kapak perimbas, batu sepih, batu bola, dan lain sebagainya.
Alat-alat ini dibuat dengan dua cara. Pertama yaitu dengan memukul peralatan secara langsung batu, tulang, dan kayu.  Cara kedua yaitu dengan alat perantara seperti tulang, tanduk, atau kayu yang diletakkan dipermukaan tanah kemudian dipukul dengan batu. (Gambar)
Perbedaan Kera dan Manusia Purba
Perbedaan Kera Monyet Manusia
Perbedaan Monyet/Kera dengan Manusia
1. Kera hanya bisa berjalan tegak dengan bertumpu pada tangan. Telapak kaki yang cekung digunakan untuk bergelantungan di dahan. Sehingga kera tidak bisa berdiri lama dengan kedua kakinya. Sedangkan Manusia dapat berjalan lama dengan kedua kakinya, bahkan bisa berlari dengan kedua kakinya tanpa bantuan tumpuan tangan.
2. Telapak tangan kera cenderung bertekuk dengan ibu jari yang tidak bebas bergerak, hal ini sangat berguna untuk mencengkeram, memanjat, dan menopang tubuh. Sebaliknya, manusia mempunyai ibu jari yang bebas bergerak yang digunakan untuk memegang alat dengan sempurna.  (Gambar)
3. Volume otak kera adalah sekitar 400cc, sedangkan volume otak manusia sekitar 1400 cc. Bentuk tengkorak dahi manusia meninggi dibanding kera yang mendatar, membuat manusia mempunyai kemampuan lebih dibanding kera, misalnya dalam hal berkomunikasi. (Gambar)
4. Pangkal tenggorokan kera agak tinggi sehingga mereka bisa bernafas sambil menelan. Suara yang dihasilkan rongga tekak juga terbatas. Sebaliknya, manusia mempunyai tenggorokan yang lebih rendah yang membuatnya tidak mampu bernafas sembari menelan. Suara yang dihasilkan manusia pun juga sangat beragam. (Gambar)
5. Rahang kera sangat cekung berbentuk huruf U, sedangkan rahang manusia lebih lebar berbentuk seperti busur. (Gambar)
Mengapa Jasad Manusia Purba Menjadi Fosil dan Masih Ada Sampai Sekarang?
Ketika makhluk hidup mati, semua bagian tubuhnya hancur kecuali tulang belulangnya. Sisa-sisa tulang ini kemudian tertimbun endapan tanah. Dengan adanya tekanan dan suhu tinggi, pori-pori tulang ini terisi oleh mineral-mineral seperti silika yang kemudian membuat tulang berubah menjadi seperti batu yang disebutfosil.
Tokoh-tokoh Purba
Eh… Maksudnya bukan pahlawan atau orang penting zaman purba ya, maksudnya adalah di museum Sangiran ini juga diceritakan beberapa ilmuwan yang berjasa besar dalam hal menguak kehidupan zaman purba.
1. Raden Saleh
Awalnya, Raden Saleh yang seorang pelukis memamerkan koleksinya berupa fosil binatang purba dari Sangiran ke orang-orang Eropa yang kemudian mengundang penasaran ilmuwan Eropa
2. B.D van Rietschoten
Peneliti ini menemukan fosil manusia purba di Wajak, Tulungagung yang dikenal dengan nama Homo Wadjakensis pada tahun 1888.
3. Eugene Dubois
Pada tahun 1887-1891, dokter dari Belanda ini menemukan fosil Pithecantropus Erectus atau Homo Erectus di Kedungbrubus dan Trinil.
4. G.H.R von Koenigswald
Dibantu oleh ahli lainnya, ahli Paleontologi dari Jerman ini kembali menemukan fosil Homo Erectus lainnya yang dulunya bernama Pithecanthropus Soloensis, Pithecantropus Mojokertensis, dan Megantropus Palaeojavanicus (Homo Erectus Archaic).
Ada pula cerita tokoh-tokoh lain di bidang evolusi manusia, seperti Gregor J. Mendel, Charles Darwin, Ernst Haeckel, dan lain sebagainya.
Lokasi dan Rute
Sangiran terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen atau sekitar 17 kilometer ke arah utara Kota Solo. Dari Terminal Tirtonadi Solo ambil jalan lurus ke utara menuju Purwodadi. Dari Solo sudah terdapat plang penunjuk jalan ke Sangiran. Jadi tidak perlu kawatir tersesat, apalagi jalannya lurus terus tanpa banyak kelokan.
Rute: Solo (dari Terminal Tirtonadi menuju Nusukan atau Jl. Kapten Pierre Tendean) – Jalan Raya Solo ke-Purwodadi -  Gondangrejo – Kalijambe -  Sangiran.
Peta Sangiran
Dari Terminal Tirtonadi, Solo (A) ke Sangiran (B) (klik untuk memperbesar gambar)
So, menjadi bagian dari sejarah masa purba dunia merupakan kebanggaan tersendiri bagi saya sebagai warga negara Indonesia. Tinggal bagaimana kita melestarikannya agar anak cucu kita masih dapat melihat apa yang kita lihat sekarang.
Sumber: Museum Purbakala Sangiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar